Senja menyiratkan jingganya saat Aku menyusuri jalanan ini. Jalanan ini masih sama seperti setahun yang lalu, saat aku melaluinya bersamamu. Ah, lagi-lagi ingatan tentangmu, meskipun aku ragu bahwa kau juga akan mengingatku seperti aku mengingatmu saat ini. Mengingatmu, apa itu salah? Mengingatmu adalah salah satu proses saat aku merindukanmu, aku merindukanmu karena aku menyayangimu, dan selalu aku bertanya-tanya apa aku boleh cemburu saat aku melihatmu bersama teman perempuanmu yang lain? Meskipun itu hanya sekilas, meskipun itu hanya dalam jejaring sosial? Apa aku berhak cemburu karena memang kau bukan siapa-siapa?
Aku mungkin terbiasa sendiri, tapi sejak adanya dirimu itu mengubah sebagian hidupku. Aku terbiasa sendiri, tapi sekarang aku tak bisa biasa tanpa bayanganmu. Aku terbiasa dengan memutar kembali memori tentangmu. Ya bagaimana aku bisa lupa? Bagaimana aku bisa berhenti mengingatmu? Dalam diam, hatiku terus mengeja namamu. Setiap sudut, dimana pun kapanpun, terus menerus membuatku menerawang memutar kembali cerita yang aku lalui bersamamu. Hingga hal sepele seperti hujan dan malam selalu mengingatkanku, dan tak lupa aku menebak dalam hati apakah kau juga mengingat semua itu. Apakah kau masih ingat saat kau menatap dan menelaah mataku? Perhatian-perhatian yang kau berikan dulu itu meloncat-loncat berlarian dalam otakku.
Semuanya masih tentangmu. Mungkin aku yang bodoh yang mengingatmu, yang merindukanmu, dan menghadapi kenyataan kau bukan siapa-siapa. Dalam diam, hatiku mengeja namamu, dalam diam otakku memutar semua memori tentangmu. Kau boleh anggap aku lancang, aku hanya ingin memeluk hatimu, memeluknya dengan hatiku, menggenggamnya dalam rinduku, masih dalam kebisuanku tentu saja.
Kau terlalu baik. Sungguh. Aku tak punya alasan kenapa aku bisa mengagumimu, selalu mengingatmu, bahkan merindukanmu. Semua mengalir begitu saja. Aku yang terbiasa dengan bayanganmu, dengan ingatan-ingatan tentangmu.
Anggap saja aku satu dari seribu yang mengagumimu, yang tak memiliki alasan kenapa aku menyayangimu, yang seharusnya tak berhak merindukanmu…
Biarlah aku memelukmu dalam diam, karena aku tak mampu menatapmu, karena aku tak tahu harus bagaimana merangkai kata untuk berdialog denganmu, karena hanya detak jantung ini yang mampu mengeja namamu, biar aku mengingatmu dalam diamku…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar